Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI), merupakan suatu wadah organiasi Perkaderan bagi mahasiswa Islam sebagai
tempat berproses untuk melakukan pengabdian ke-umatan. Organisasi besutan Prof.
Lafran Pane yang didirikan pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan 5
Februari 1947 itu, kini tengah menyebar luas di berbagai perguruan tinggi
diberbagai daerah di Indonesia, melahirkan lebih dari 6.000.000 alumni, 600.000
kader aktif dan 211 lebih cabang se-antero bumi ibu pertiwi, tidak terkecuali
di Labuhanbatu Raya.
Proses perkaderan yang dilakukan secara terus-menerus adalah alasan
tepat mengapa organisasi yang sudah berusia lanjut ini masih tetap eksis di
NKRI dalam menggapai asanya yang identik dengan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dan, yang tidak kalah penting dari eksistensi yang masih tetap bertahan tersebut, adalah dinamikanya yang tinggi, walaupun tidak jarang dinamika itu harus
menguras pikiran, tenaga, waktu, dan materi.
Namun demikian, disadari atau tidak, secara alamiah terkadang justru
dinamika itulah yang menjadi proses pendewasaan bagi setiap kader-kader HMI
dimanapun berada. Dan hal tersebut, telah terjadi di HMI Cabang Labuhanbatu
Raya, sebuah dinamika panjang yang memakan waktu lebih dari 2 tahun lamanya.
24
September 2016, adalah awal mula hingga
terjadinya dinamika panjang tersebut, saat dimana Konferensi
Cabang (Konfercab) ke VIII dilaksanakan di Gedung PKK Kabupaten Labuhanbatu
yang harus berujung kepada terpecah dan terbelahnya kader HMI Se-Kawasan Cabang
Labuhanbatu Raya.
Terpecah, bukan berarti pecah secara totalitas layaknya suatu konflik,
melainkan pecah karena adanya perbedaan pandangan dan perbedaan muara gerakan.
Disaat itulah kader HMI Cabang Labuhanbatu Raya ditengah-tengah publik seakan
dianggap dualisme. Ya, Suatu kondisi pahit yang tidak jarang menyebabkan
terjadinya gesekan di internal kader, memudarnya silaturahmi dan bahkan tidak
jarang sampai hujat-menghujat.
Lantas, apa penyebab hal itu bisa terjadi ?
Tidak lain dan tidak bukan, adalah untuk mempertahankan eksistensi,
antara siapa yang legal dan siapa yang illegal, siapa yang benar dan siapa yang
salah.
Hari-hari berganti hari, bulan berganti bulan, dinamika panjang itu
ternyata bukan mengurangi eksistensi HMI di Cabang Labuhanbatu Raya, siapa sangka, ternyata justru sebaliknya malah menaikkan
eksistensi HMI itu sendiri. Bagaimana tidak, dua faksun yang berdinamika
tersebut saling menunjukkan eksistensinya ditengah-tengah masyarakat, seakan
berjalan lebih cepat, dan berbuat lebih banyak, atas nama HMI.
Namun, apalah arti suatu eksistensi, kalau dalam prosesnya terjadi saling sikut-menyikut.
Apalah arti suatu eksistensi, kalau dalam prosesnya harus
saling menghujat.
Apalah arti suatu eksistensi, kalau dalam prosesnya membuat
memudarnya tali silaturahmi.
Apalah arti suatu eksistensi, kalau dahulunya yang
saling tegur sapa kini harus membuang muka.
Apalah arti suatu eksistensi, kalau
yang dahulunya sering bercanda tawa kini harus berjauhan.
Apalah arti suatu
eksistensi, kalau yang dahulunya sering makan sepiring berdua bahkan lebih, kini
harus berjauhan.
Eksistensi itu takkan berguna sama sekali, kalau pada akhirnya harus
berujung kepada perpecahan diantara sesama kader..!
Saudaraku, sehimpun secita.
Kalau kita mau merenung, bertanya kepada hati kecil kita dengan mengesampingkan ke-egoan masing-masing, sedikit banyaknya keinginan untuk kembali seperti dahulu
pasti sempat terdetak dalam hati kecil kita, tidak terkecuali penulis sendiri. Namun, karena sudah terlanjur melangkah terlalu jauh,
dinamika terlanjur menjadi benang kusut, hingga menyebabkan tidak jarang akhirnya detakan
hati kecil itu kita abaikan begitu saja, sehingga egoisme-lah yang akhirnya menjadi pemenang!
Saudaraku, sehimpun secita.
Barangkali, semua kita sepakat, mengapa dinamika tersebut bisa terjadi, tidak lain adalah demi
bendera tercinta, bendera yang menjadi kebanggaan kita bersama, Himpunan
Mahasiswa Islam.
Namun, diatas itu semua wahai saudaraku, ada hal yang lebih fundamental dan amat penting dari hanya sebatas Eksistensi, yaitu perwujudan anekdot "Berteman Lebih Dari Saudara".
Saudaraku, sehimpun secita.
Mari merenung sejenak, mari kita ingat masa-masa saat kita LK I dahulu, mari
kita ingat saat-saat kita diajarkan tentang arti sebuah kebersamaan, mari kita
resapi kekhilafan yang telah kita lakukan atas nama Sang Hijau Hitam, mari kita
tanya diri kita seberapa besar ke-egoan kita, mari kita niatkan dalam hati hati
kecil kita untuk tidak mengulangi kondisi itu kembali.
Saudaraku, sehimpun secita.
Alangkah berdosanya kita kalau harus terjerumus kembali kedalam dinamika
panjang itu, alangkah berdosanya kita yang sering mendengungkan di HMI lebih
dari saudara kalau harus kembali kepada dinamika panjang itu.
Saudaraku, sehimpun secita.
Mari berbenah, mari memperbaiki, mari melangkah, mari kembali menyatukan
kekuatan, masih banyak hal yang jauh lebih penting untuk kita lakukan daripada
harus berdinamika. Biarlah kejadian itu menjadi Cerita itu menjadi bunga-bunga dalam catatan perjalanan HMI di Labuhanbatu Raya.
Saudaraku, sehimpun secita yang berbahagia.
Pada tanggal 03 November 2018, HMI Cabang Labuhanbatu Raya telah kembali melebur dalam satu Visi dan
Misi pada kepengurusan periodesasi 2018-2019. Terlepas bagaimanya proses hingga
peleburan itu terjadi, namun prosesi hikmat tersebut haruslah diakui akan
kebenarannya. Peleburan yang diikat dengan sumpah suci dalam prosesi Pelantikan
Pengurus yang berasal dari seluruh keterwakilan Komisariat se-kawasan yang
digelar di gedung PKK Kabupaten Labuhanbatu. Tempat dimana awal terjadinya
dinamika panjang dahulu.
Saudaraku, sehimpun secita yang berbahagia.
Mari menatap kedepan, kita jadikan kisah kelam dinamika panjang tersebut
sebagai I’tibar untuk kita memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Yang lalu
biarlah berlalu, lupakan semua percekcokan yang dahulu mungkin sempat terkuak,
lupakan semua pertikaian yang dahulu mungkin sempat terjadi.
Saudaraku, sehimpun secita yang berbahagia.
Mari berbenah, tidak ada kata terlambat, mari saling membuka hati untuk
bisa memaafkan, biarlah kejadian kelam tersebut menjadi pembelajaran kedepan
nantinya, pembelajaran yang dapat menjadi ilmu untuk generasi berikutnya bahwa
tidak ada gunanya suatu perpecahan.
Saudaraku, sehimpun secita yang berbahagia.
Bukan maksud hati untuk menggurui, bukan maksud hati untuk menyakiti,
bukan maksud hati untuk melukai, bukan maksud hati untuk membenci.
Tak ada gading yang retak, tak ada manusia yang tidak memiliki
kesalahan. Demikan halnya dengan penulis, penulis hanyalah manusia biasa yang
tak terlepas dari hal tersebut.
Walau tangan tak saling berjabat, walau mata tak saling menatap,
barangkali dalam tulisan ini terdapat hati yang terlukai oleh penulis, diatas
segala kekurangan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, semoga apa yang kita harapkan senantiasa berada dalam
Ke-Ridhoan Allah SWT.
Yakinkan Dengan Iman, Usahakan Dengan Ilmu, Sampaikan Dengan Amal.
Bahagia HMI, Jayalah KOHATI,
Yakin Usaha Sampai.
Wassalam.
M. Qobullah Siregar (Bukan Siapa-siapa)
Nb: Tulisan ini
merupakan terbitan kedua, setelah sebelumnya diterbitkan oleh MQS Collection
(mqobullahsiregar.blogspot.com).
0 comments:
Post a Comment