Dahulu
kala burung gagak berbulu putih seperti kapas. Gagak termasuk burung yang kejam
dan semena-mena pada unggas yang lemah. Burung pipit dan murai selalu mengeluh
karena anak-anaknya diculik dan dijadikan santapan oleh gagak. Tidak hanya itu,
abak-anak merpati dan kutilang juga turut menjadi korban burung gagak. Meskipun
sering timbul perlawanan yang sengit dari induk burung-burung itu, burung gagak
tidak jera-jeranya melakukan penculikan terhadap anak-anak burung yang baru
menetas.
Burung
gagak panda berkelahi dengan paruhnya yang besar dan kuat sehingga dengan
mudahnya ia mengalahkan setiap lawannya. Banyak induk merpati yang menjadi
korban, bahkan merka terpaksa membiarkan mereka mengambil anaknya. Gagakpun
semakin merajalela dengan kebuasannya.
Setelah
bermusyawarah, merpati, kutilang, murai, dan pipit mrngadukan masalah tersebut
kepada raja unggas. Saat itu yang menjadi raja unggas adalah seekor elang yang
dihormati oleh semua bangsa unggas. Atas pertimbangan yang bijaksana dan
bukti-bukti yang lengkap, sang raja unggas memerintahkan untuk memusnahkan
gagak. Setiap gagak yang terbang harus dibunuh. Gagak yang mencoba melarikan
diri akan dikejar sampai mati.
Akhirnya,
hanya tinggal sepasang gagak muda yang berlindung di lubang pohon beringin.
Keduanya merasa sedih dan ketakutan. Keduanya berunding mencari jalan untuk
menyelamatkan diri dari kejaran pasukan burung elang. Pada suatu malam
berkatalah gagak jantan kepada betinanya.
“Di kampong sebelah, tidak
jauh dari sini, kulihat orang sedang menjemur nila dalam dua bejana. Alangkah
baiknya kalau kita kesana untuk menghitamkan bulu kita ini”.
“Ya, itu maksudku! Jika kita
menyamar, tentu tidak akan dikenali lagi”.
“Baik, baik!” kata gagak
betina. “Besok kita kesana”.
Keesokan
harinya pergilah kedua gagak muda itu ketempat penjemuran nila. Keduanya lalu
mencelupkan diri ke dalam bejana berisi nila tersebut. Setelah bulu mereka
menjadi hitam, keduanya lalu keluar dan dan berjemur dibawah terik matahari.
Beberapa
ekor elang lewat di tempat itu. Tidak seekor elangpung yang mengetahui bahwa
yang sedang berjemur itu adalah sepasang burung gagak yang mereka buru.
“Hebat benar akalmu ini, “ kata gagak betina pada pasangannya dengan
tersenyum.
“Tetapi sayang,
buluku yang putih ini menjadi hitam,” lanjut gagak betina seolah menyesal.
“Biarpun menjadi hitam, yang
penting kita selamat,”
kata gagak jantan.
Sejak itu bulu burung gagak menjadi hitam sampai
sekarang.
Keterangan : Cerita ini hanya sebuah dongeng,
Dikutip dari Buku Mari Belajar Bahasa Indonesia, Muh. Darisman, S,Pd. Dkk,
Yudhistira, Jakarta, September, 2006.
0 comments:
Post a Comment