Tuesday, June 25, 2019

         Dahulu kala burung gagak berbulu putih seperti kapas. Gagak termasuk burung yang kejam dan semena-mena pada unggas yang lemah. Burung pipit dan murai selalu mengeluh karena anak-anaknya diculik dan dijadikan santapan oleh gagak. Tidak hanya itu, abak-anak merpati dan kutilang juga turut menjadi korban burung gagak. Meskipun sering timbul perlawanan yang sengit dari induk burung-burung itu, burung gagak tidak jera-jeranya melakukan penculikan terhadap anak-anak burung yang baru menetas.
            Burung gagak panda berkelahi dengan paruhnya yang besar dan kuat sehingga dengan mudahnya ia mengalahkan setiap lawannya. Banyak induk merpati yang menjadi korban, bahkan merka terpaksa membiarkan mereka mengambil anaknya. Gagakpun semakin merajalela dengan kebuasannya.
            Setelah bermusyawarah, merpati, kutilang, murai, dan pipit mrngadukan masalah tersebut kepada raja unggas. Saat itu yang menjadi raja unggas adalah seekor elang yang dihormati oleh semua bangsa unggas. Atas pertimbangan yang bijaksana dan bukti-bukti yang lengkap, sang raja unggas memerintahkan untuk memusnahkan gagak. Setiap gagak yang terbang harus dibunuh. Gagak yang mencoba melarikan diri akan dikejar sampai mati.

            Akhirnya, hanya tinggal sepasang gagak muda yang berlindung di lubang pohon beringin. Keduanya merasa sedih dan ketakutan. Keduanya berunding mencari jalan untuk menyelamatkan diri dari kejaran pasukan burung elang. Pada suatu malam berkatalah gagak jantan kepada betinanya.

“Di kampong sebelah, tidak jauh dari sini, kulihat orang sedang menjemur nila dalam dua bejana. Alangkah baiknya kalau kita kesana untuk menghitamkan bulu kita ini”.
“Ya, itu maksudku! Jika kita menyamar, tentu tidak akan dikenali lagi”.
“Baik, baik!” kata gagak betina. “Besok kita kesana”.

            Keesokan harinya pergilah kedua gagak muda itu ketempat penjemuran nila. Keduanya lalu mencelupkan diri ke dalam bejana berisi nila tersebut. Setelah bulu mereka menjadi hitam, keduanya lalu keluar dan dan berjemur dibawah terik matahari.
            Beberapa ekor elang lewat di tempat itu. Tidak seekor elangpung yang mengetahui bahwa yang sedang berjemur itu adalah sepasang burung gagak yang mereka buru.

“Hebat benar akalmu ini, “ kata gagak betina pada pasangannya dengan tersenyum.
Tetapi sayang, buluku yang putih ini menjadi hitam,” lanjut gagak betina seolah menyesal.
“Biarpun menjadi hitam, yang penting kita selamat,” kata gagak jantan.
Sejak itu bulu burung gagak menjadi hitam sampai sekarang.
           

Keterangan : Cerita ini hanya sebuah dongeng, Dikutip dari Buku Mari Belajar Bahasa Indonesia, Muh. Darisman, S,Pd. Dkk, Yudhistira, Jakarta, September, 2006.

0 comments:

Post a Comment

Pengunjung

Pengumuman..!

Pengumuman..!
Pengumuman

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Popular Posts