Sunday, June 30, 2019



Berapa beban paling berat yang bisa diangkat manusia? Orang biasa yang tak terlatih, paling hanya mampu mengangkat beban 50-60 kilogram. Sedangkan atlet angkat berat bisa mengangka lebih dari 300 kilogram. Itupun hanya mampu beberapa detik saja.

Dengan kemampuan seperti itu, manusia sesungguhnya tak lebih kuat dari dua makhluk Allah berjenis serangga. Mari kita berkenalan dengan dua spesies serangga yang istimewa, Semut Atta dan Kumbang Badak.
Semut Atta adalah jenis semut pemotong daun. Mereka mengumpulkan daun-daun untuk memenuhi kebutuhan makanan koloninya. Namun, mereka tidak memakan daun begitu saja. Mereka menggunakan daun untuk media menanam jamur. Jamur inilah yang menjadi makanan koloni semut.
Kumbang Badak adalah sejenis kumbang yang memiliki semacam cula di kepalanya. Kumbang ini hidup dipucuk pohon kelapa, pinang, dan jenis palem lainnya. Diantara jenis kumbang, kumbang badak tergolong jenis yang terbesar.
Kedua serangga tersebut adalah binatang terkuat di dunia. Ya, serangga-serangga tersebut adalah binatang terkuat di dunia. Ya, serangga-serangga tersebut mampu mengangkat beban yang beratnya jauh melebihi berat tubuhnya sendiri.

Kumbang badak sanggup menarik dan mengangkat benda yang bratnya 850 kali berat tubuhnya. Atau jika disetarakan dengan manusia, maka sama dengan manusia yang mampu mengangkat dua buah tank sekali angkat. Sedangkan semut pemakan daun mampu mengangkat beban yang beratnya 50 kali berat tubuhnya. Setara dengan manusia yang mampu mengangkat sebuah truk container seberat 5 ton. Bandingkan dengan gajah, hewan yang besar dan kuat, namun ‘hanya’ mampu mengangkat beban seberat 3 kali berat tubuhya.

Inilah kemuran dan rahmat dari Allah kepada mahkluk-Nya. Semut daun diberi kekutan luar biasa agar lebih mudah dan cepat dalam mengumpulkan daun-daub, sekaligus tak akan berbahaya karena ukurannya yang kecil. Andai saya gajah mampu sekuat semut, tentu sangan berbahaya, karena kekuatannya menjadi sangat luar biasa.

“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada hewan melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanta-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini.” (Surat Al-Jatsiyah: 3-4)

Sumber : Majalah Islam ar-risalah, Edisi 150.

Tuesday, June 25, 2019

         Dahulu kala burung gagak berbulu putih seperti kapas. Gagak termasuk burung yang kejam dan semena-mena pada unggas yang lemah. Burung pipit dan murai selalu mengeluh karena anak-anaknya diculik dan dijadikan santapan oleh gagak. Tidak hanya itu, abak-anak merpati dan kutilang juga turut menjadi korban burung gagak. Meskipun sering timbul perlawanan yang sengit dari induk burung-burung itu, burung gagak tidak jera-jeranya melakukan penculikan terhadap anak-anak burung yang baru menetas.
            Burung gagak panda berkelahi dengan paruhnya yang besar dan kuat sehingga dengan mudahnya ia mengalahkan setiap lawannya. Banyak induk merpati yang menjadi korban, bahkan merka terpaksa membiarkan mereka mengambil anaknya. Gagakpun semakin merajalela dengan kebuasannya.
            Setelah bermusyawarah, merpati, kutilang, murai, dan pipit mrngadukan masalah tersebut kepada raja unggas. Saat itu yang menjadi raja unggas adalah seekor elang yang dihormati oleh semua bangsa unggas. Atas pertimbangan yang bijaksana dan bukti-bukti yang lengkap, sang raja unggas memerintahkan untuk memusnahkan gagak. Setiap gagak yang terbang harus dibunuh. Gagak yang mencoba melarikan diri akan dikejar sampai mati.

            Akhirnya, hanya tinggal sepasang gagak muda yang berlindung di lubang pohon beringin. Keduanya merasa sedih dan ketakutan. Keduanya berunding mencari jalan untuk menyelamatkan diri dari kejaran pasukan burung elang. Pada suatu malam berkatalah gagak jantan kepada betinanya.

“Di kampong sebelah, tidak jauh dari sini, kulihat orang sedang menjemur nila dalam dua bejana. Alangkah baiknya kalau kita kesana untuk menghitamkan bulu kita ini”.
“Ya, itu maksudku! Jika kita menyamar, tentu tidak akan dikenali lagi”.
“Baik, baik!” kata gagak betina. “Besok kita kesana”.

            Keesokan harinya pergilah kedua gagak muda itu ketempat penjemuran nila. Keduanya lalu mencelupkan diri ke dalam bejana berisi nila tersebut. Setelah bulu mereka menjadi hitam, keduanya lalu keluar dan dan berjemur dibawah terik matahari.
            Beberapa ekor elang lewat di tempat itu. Tidak seekor elangpung yang mengetahui bahwa yang sedang berjemur itu adalah sepasang burung gagak yang mereka buru.

“Hebat benar akalmu ini, “ kata gagak betina pada pasangannya dengan tersenyum.
Tetapi sayang, buluku yang putih ini menjadi hitam,” lanjut gagak betina seolah menyesal.
“Biarpun menjadi hitam, yang penting kita selamat,” kata gagak jantan.
Sejak itu bulu burung gagak menjadi hitam sampai sekarang.
           

Keterangan : Cerita ini hanya sebuah dongeng, Dikutip dari Buku Mari Belajar Bahasa Indonesia, Muh. Darisman, S,Pd. Dkk, Yudhistira, Jakarta, September, 2006.

Sunday, June 23, 2019


Kala mentari muncul di ufuk timur
Saat bulan mulai tertidur
Kau permata hatiku
Tak goyang diterpa badai dalam penderitaan

Mama, pengorbananmu tiada tara
Siang malam kau curahkan untukku
Tetes air mata dan curahan keringat
Kau keluarkan hanya untukku

Mama, hatimu seputih salju
Senyum manismu mengiringi selalu langkahku
Tuhan..
Sayangilah mamaku selalu
Seperti mama menyayangiku selama ini

Keterangan : Sebuah Puisi, Dikutip dari Buku Mari Belajar Bahasa Indonesia, Muh. Darisman, S,Pd. Dkk, Yudhistira, Jakarta, September, 2006.

Pengunjung

Pengumuman..!

Pengumuman..!
Pengumuman

Total Pageviews

Powered by Blogger.

Popular Posts